Tikus yang dikenal sebagai hewan
pengerat kini bisa deteksi bom.
Suara.com - Tikus yang dikenal sebagai
hewan pengerat kerap mengendus makanan atau remah-remah. Kini sebuah penelitian
dilakukan untuk mengasah kemampuan penciuman tikus sehingga dapat mendeteksi
ranjau.
Penemuan tikus "berpenciuman
super" itu juga diperkirakan dapat mendetekksi penyakit berbahaya. Para
peneliti di Hunter College, University of New York City, menciptakan tikus yang
dapat disetel dan memiliki berbagai tingkat kepekaan terhadap bau apapun.
Sifat dari reseptor pencium sebenarnya
telah ditemukan pada tahun 1991. Tapi kini sistem penciuman tersebut
dimungkinkan dapat digunakan pada makhluk hidup.
Pada dasarnya, hidung mamalia berisi
kumpulan neuron sensorik. Masing-masing dilengkapi dengan sensor kimia tunggal
yang disebut reseptor yang dapat mendeteksi bau tertentu.
Tikus seperti manusia, setiap neuron
memilih hanya satu reseptor. Secara kolektif, neuron memilih pemerataan
reseptor, sehingga masing-masing dari ribuan reseptor yang berbeda diwakili di
sekitar 0,1% dari neuron.
Dalam upaya untuk memahami mekanisme
neuron ini digunakan untuk memilih reseptor tertentu. Paul Feinstein, seorang
profesor ilmu biologi di Hunter, bermain-main dengan genom tikus.
Dia memperkenalkan DNA untuk gen
reseptor penciuman melalui suntikan ke dalam inti sel telur dibuahi. Ia juga
menambahkan string tambahan DNA dengan urutan gen untuk melihat apakah itu akan
mengubah probabilitas gen yang dipilih.
Setelah beberapa kali mencoba, ia
menemukan string yang bekerja sebagai ekstra DNA yang mengakibatkan
serangkaian tikus memiliki "penciuman super".
Mereka telah meningkatkan jumlah neuron
mengekspresikan reseptor yang dipilih, yang memiliki bau manis mirip dengan
melati. Para peneliti menguji akal diperkuat dengan penciuman tikus,
menggunakan pencitraan neon untuk melacak aktivasi reseptor penciuman diperkuat
dalam menanggapi bau sesuai reseptor.
Tes ini memberikan konfirmasi visual
bahwa reseptor yang fungsional dan hadir dalam jumlah yang lebih besar daripada
yang lain. Dalam tes perilaku kedua, binatang dilatih untuk menghindari bau
menjijikkan dikenal untuk mengikat reseptor transgenik.
"Hewan-hewan bisa mencium bau yang
lebih baik karena kehadiran peningkatan reseptor," kata Dr D'Hulst seperti
dilansir dari Daily Mail, Jumat (8/7/2016).
Tim berencana mengomersilkan teknologi
dan telah mendirikan sebuah perusahaan bernama MouSensor. Fernstein Lab telah
menerima dana dari Departemen Pertahanan AS untuk mengembangkan tikus dengan
"penciuman super" itu sehingga dapat dilatih untuk mendeteksi TNT dan
berpotensi menemukan ranjau darat.
Ini bisa berarti mengurangi jumlah
tentara dan warga sipil yang harus mengambil resiko mengorbankan nyawanya untuk
membersihkan ranjau atau menavigasi bidang tambang.
Sumber :
Sumber :
Tanggapan :
Hal ini bisa
menjadi inovasi yang sangat baik jika lebih dikembangkan. Sebagaimana kita
tahu, tikus adalah hewan “menjijikan”
bagi sebagian orang. Dengan adanya hal ini mengubah pandangan kita tentang
tikus. Walaupun tikus disini bisa “disulap” sebagai hewan yang bermanfaat,
namun tikus juga adalah makhluk yang kita jaga kelestariannya.
Komentar
Posting Komentar