OBSERVASI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI 02 JAKARTA











SLB NEGERI 02 JAKARTA terletak di Jl. Raya Lenteng Agung no 1 Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa Kabupaten Kota Jakarta Selatan yang berkejurusan SMLB. Sekolah ini terdiri dari sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB), dan sekolah menengah atas luar biasa (SMALB) yang mana SMPLB dan SMALB merupakan bagian dari SLB NEGERI 02 JAKARTA.
Sekolah ini memilki 11 tenaga pengajar dan 52 siswa, terdiri dari 32 laki-laki dan 20 perempuan. Dimana masing-masing siswa dibedakan menjadi 4 kelas, yaitu kelas A bagi penyandang Tuna Netra, kelas B bagi penyandang Tuna Rungu/Wicara, kelas C bagi penyandang Tuna Grahita (keterlambatan berpikir). Kelas ini pun kemudian dibagi 2, yaitu C (Grahita ringan), dan C1 (Grahita berat) dan kelas D bagi penyandang Tuna Daksa (kelainan motorik anggota tubuh atau tubuh yang tidak sempurna) serta beberapa anak autis dan mereka tetap disatukan dalam suatu kelas. Untuk bisa masuk sekolah ini, harus melalui beberapa tes diantaranya tes intelektual atau IQ. Jika IQ lebih rendah atau jauh dibawah rata-rata orang normal, baru bisa dikatakan ada kelainan dan hal tersebut sudah dapat memenuhi persyaratan.
Diatas adalah sekilas gambaran umum dari SLB Negeri 02 yang kami kunjungi. Alasan kami melakukan kunjungan ke SLB Negeri 02 adalah untuk memenuhi tugas psikologi pendidikan, kami diminta untuk mengobservasi apa saja yang ada di sekolah ini.
Awalnya kami merasa ringan untuk mengerjakan tugas ini karena dari awal kami sudah meminta izin kepada pihak sekolah dan langsung diperbolehkan dan disambut baik. Yang membuat kami susah adalah waktu. Jadwal kami untuk mengobservasi sering bertabrakan dengan jadwal ujian kami, karena saat itu kami bertepatan sedang ujian tengah semester di Gunadarma. Namun saat jadwal ujian kami kosong, dari pihak sekolah SLB malah punya acara mendadak yang akhirnya wawancara dan observasi kami sering tertunda.
Setelah sekian lama tertunda, akhirnya kami mendapat jadwal pasti untuk wawancara, namun hari itu kegiatan akademik sekolah sudah selesai dan hanya diisi dengan pesantren kilat. Walaupun begitu kami tetap disambut dengan hangat oleh guru serta murid-murid disana. Kami mendapatkan banyak informasi dan pengetahuan disana. Kami bahkan melihat banyak piala-piala yang telah didapatkan oleh siswa-siswi disekolah itu, yang menunjukkan bahwa keterbatasan bukanlah batasan bagi mereka.
Selain itu, kami juga melihat pergaulan yang baik antara guru dan murid serta murid dengan murid lain. Mereka tidak menujukkan adanya diskriminasi serta bullying yang kita tahu sering terjadi di kalangan sekolah. Dan kami pun dapat menyelesaikan tugas kami dengan baik.

foto-foto :

 


 

Komentar

  1. maaf saya mau tanya , apakah penyandang tuna daksa di sekolah ini ada yang tidak mengalami masalah mental (hanya cacat fisik,terutama pengguna kursi roda) terima kasih

    BalasHapus
  2. Klo utk.anak autis bagaimana??apakah satu kelas khusus autiss..??

    BalasHapus

  3. Ada kelas untuk Asperger sindrom tdk yaah??

    BalasHapus

Posting Komentar