1. Nama
Klasifikasi
Ilmiah
Kingdom
: Plantae
Divisi
:Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Ordo
: Commelinales
Famili
: Pontederiaceae
Genus
: Eichhornia ( Kunth)
Spesies
: E. Crassipes
Binomial
Nomenclature
Eichhornia
crassipes (Mart.) Solms
Eceng
gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya
sekitar 0,4 - 0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk
oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung.
Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Memiliki bunga majemuk, berbentuk
bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam.
Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut. Selain
dikenal dengan nama eceng gondok, di berbagai daerah di Indonesia tanaman air
ini mempunyai nama lain seperti di daerah Palembang dikenal
dengan Kalipuk, di daerah Lampung di kenal dengan
nama Ringgak, di Dayak dikenal dengan nama Ilung-ilung dan
di Manado dikenal dengan nama Tumpe.
Jenis
Eceng Gondok
Di
alam terdapat dua jenis tanaman eceng gondok yang dikenal yaitu:
a.
Genjer, umumnya ditemukan di daerah persawahan. Masyarakat biasa mengambil daun
muda dan bunga kuncupnya sebagai sayur.
b.
Enceng Gondok, tumbuh mengapung di perairan di sekitar persawahan atau jalur
aliran sungai. Tanaman jenis ini ini tidak bisa dikonsumsi.
2. Akar
Bagian
akar eceng gondok ditumbuhi dengan bulu-bulu akar yang berserabut, berfungsi
sebagai pegangan atau jangkar tanaman. Sebagian besar peranan akar untuk
menyerap zat-zat yang diperlukan tanaman dari dalam air. Pada ujung akar
terdapat kantung akar yang mana di bawah sinar matahari kantung akar ini
berwarna merah, susunan akarnya dapat mengumpulkan lumpur atau
partikel-partikal yang terlarut dalam air (Ardiwinata, 1950).
3. Daun
Daun
eceng gondok tergolong dalam makrofita yang terletak di atas permukaan air,
yang di dalamnya terdapat lapisan rongga udara dan berfungsi sebagai alat
pengapung tanaman. Zat hijau daun (klorofil) eceng gondok terdapat dalam sel
epidemis. Dipermukaan atas daun dipenuhi oleh mulut daun (stomata) dan bulu
daun. Rongga udara yang terdapat dalam akar, batang, dan daun selain sebagai
alat penampungan juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan O2 dari proses
fotosintesis. Oksigen hasil dari fotosintesis ini digunakan untuk respirasi
tumbuhan dimalam hari dengan menghasilkan CO2 yang akan terlepas ke dalam
air (Pandey, 1980).
4. Tangkai
Tangkai
eceng gondok berbentuk bulat menggelembung yang di dalamnya penuh dengan udara
yang berperan untuk mengapaungkan tanaman di permukaan air. Lapisan terluar
petiole adalah lapisan epidermis, kemudian dibagian bawahnya terdapat jaringan
tipis sklerenkim dengan bentuk sel yang tebal disebut lapisan parenkim,
kemudian didalam jaringan ini terdapat jaringan pengangkut (xylem dan floem).
Rongga-rongga udara dibatasi oleh dinding penyekat berupa selaput tipis
berwarna putih (Pandey, 1950).
5. Bunga
Eceng
gondok berbunga bertangkai dengan warna mahkota lembayung muda. Berbunga
majemuk dengan jumlah 6 – 35 berbentuk karangan bunga bulir dengan putik
tunggal.
6. Perkembangbiakan
Eceng
gondok merupakan tumbuhan perennial yang hidup dalam perairan terbuka, yang
mengapung bila air dalam dan berakar didasar bila air dangkal. Perkembangbiakan
eceng gondok terjadi secara vegetatif maupun secara generatif, perkembangan
secara vegetatif terjadi bila tunas baru tumbuh dari ketiak daun, lalu membesar
dan akhirnya menjadi tumbuhan baru.
Setiap
10 tanaman eceng gondok mampu berkembangbiak menjadi 600.000 tanaman baru dalam
waktu 8 bulan, inilah yang membuat populasi eceng gondok tak terkendalikan.
7. Persebaran
dan habitat
Eceng
gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ilmuan
bernama Carl Friedrich
Philipp von Martius, seorang ahli botani berkebangsaan Jerman pada
tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon Brasil. Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini
dianggap sebagai gulma yang
dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran
air ke badan air lainny.
Eceng
gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran air yang
lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai. Tumbuhan ini dapat mentolerir
perubahan yang ektrim dari ketinggian air, laju air, dan perubahan ketersediaan
nutrien, pH, temperatur dan racun-racun dalam air.Pertumbuhan eceng gondok yang
cepat terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien yang tinggi, terutama
yang kaya akan nitrogen, fosfat dan potasium (Laporan FAO). Kandungan
garam dapat menghambat pertumbuhan eceng gondok seperti yang terjadi pada
danau-danau di daerah pantai Afrika Barat,
di mana eceng gondok akan bertambah sepanjang musim hujan dan
berkurang saat kandungan garam naik pada musim kemarau.
8. Komposisi
kimia
Komposisi
kimia eceng gondok tergantung pada kandungan unsur hara tempatnya tumbuh, dan
sifat daya serap tanaman tersebut. Eceng gondok mempunyai sifat-sifat yang baik
antara lain dapat menyerap logam-logam berat, senyawa sulfida, selain itu
mengandung protein lebih dari 11,5 %, dan mengandung selulosa yang lebih tinggi
besar dari non selulosanya seperti lignin, abu, lemak, dan zat-zat lain
9. Dampak
Negatif dari Eceng Gondok
·
Meningkatnya evapotranspirasi (penguapan
dan hilangnya air melalui daun-daun tanaman), karena daun-daunnya yang lebar
dan serta pertumbuhannya yang cepat.
·
Menurunnya jumlah cahaya yang masuk
kedalam perairan sehingga menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam
air (DO: Dissolved Oxygens).
·
Tumbuhan eceng gondok yang sudah mati
akan turun ke dasar perairan sehingga mempercepat terjadinya proses
pendangkalan.
·
Mengganggu lalu lintas (transportasi)
air, khususnya bagi masyarakat yang kehidupannya masih tergantung dari sungai
seperti di pedalaman Kalimantandan beberapa daerah lainnya.
·
Meningkatnya habitat bagi vektor
penyakit pada manusia.
·
Menurunkan nilai estetika lingkungan
perairan.
Sumber
:
Komentar
Posting Komentar