PAKAI KAUS PERSIB PEDAGANG BAKSO DIHAJAR THE JAKMANIA DI BEKASI





Merdeka.com - Ratusan pendukung Persija Jakarta atau dikenal The Jakmania, digelandang ke Markas Polresta Bekasi pada Jumat (24/6) malam. Mereka berbuat onar lantaran menghajar pedagang bakso hingga babak belur. Alasannya sepele, pedagang bakso dikeroyok karena memakai baju Persib.
Kapolresta Bekasi, Kombes Awal Chairudin mengatakan, sebanyak 141 suporter Persija digelandang ke kantor polisi setelah membuat onar di Kampung Gombong, Desa Pasir Gombong, Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi kemarin malam sekitar pukul 20.30 WIB.
"Mereka terdiri dari 15 wanita dan 126 pria dan harus menginap semalam di Mapolresta Bekasi," kata Awal, Sabtu (25/6). Menurut dia, para pendukung Persija tersebut terpaksa digelandang petugas setelah tiga suporter EA (18), DB (20) dan AP (15) melakukan pengeroyokan terhadap seorang pedagang bakso di Cikarang Utara. Adapun, motif pengeroyokan karena korban, NR (22) mengenakan kaus Persib Bandung yang merupakan rival Persija.
"Mereka hendak menuju ke Jakarta menggunakan empat bus. Namun, sampai di lokasi dua suporter melihat korban di dalam kios bakso menggunakan kaus Persib," katanya.
Alhasil, ke dua pelaku turun dari bus dan mendatangi korban. Disusul satu pelaku lain. Merasa ada pendukung Persija, korban lalu melarikan diri ke dapur. Rupanya korban dikejar dan dipukuli hingga mengalami babak belur.
"Seluruh suporter kemudian turun, kami yang mendapatkan laporan segera ke lokasi, dan mengamankan situasi. Kemudian ratusan suporter dibawa ke Polres," katanya.
Hasil penyelidikan dari kasus pengeroyokan itu, polisi menetapkan tiga orang tersangka. Sedangkan, sisanya dipulangkan dengan catatan dijemput oleh orang tuanya dan membuat surat pernyataan. Rata-rata mereka ialah pelajar SMP dan SMA.
Adapun, tiga tersangka yang kini ditahan dijerat dengan pasal 170 KUHP. Dengan ancaman pidana 5 tahun 6 bulan penjara.

Sumber :


Tanggapan :

Jika kita meneliti kasus ini dengan seksama, kita melihat adanya perubahan budaya yang terjadi dalam diri generasi muda Indonesia. Hal yang tidak pantas dilakukan ini bahkan dilakukan oleh pelajar SMP dan SMA, sungguh ironis memang. Alangkah baiknya pemuda dan pemudi generasi sekarang diberikan pelatihan suatu keterampilan yang dapat mengasah kemampuan mereka dan mengharumkan nama bangsa ketimbang menonton bola dengan tujuan anarkis. Menonton bola memang boleh bahkan dianjurkan, hal ini untuk meyemangati mereka yang sedang berjuang di pertandingan, namun jika hanya hal anarkis yang tejadi, mending tidak usah menonton. Dan dari pihak polisi yang mengamankan stadium itu baiknya lebih meningkatkan pengamanannya dari segala sisi agar hal anarkis seperti ini tidak terulang kembali.

Komentar