KOMPAS.com —
Kemenangan Fahma Waluya (12) dan adiknya Hania Pracika (6) dalam
lomba software APICTA International 2010 di Kuala Lumpur, Malaysia,
pekan lalu membuktikan bahwa anak Indonesia juga jago membuat software.
Tak harus software yang canggih langsung dengan animasi tiga dimensi,
tetapi yang lebih penting adalah bagaimana software tersebut bisa
bermanfaat.
Kakak
beradik asal Bandung itu telah membuktikannya. Seperti anak-anak lainnya, Fahma
pun suka bermain game di PC atau ponsel. Namun, ia mengajak
kawan-kawannya tidak hanya bermain game, tetapi juga
membuat game sendiri.
Pengalamannya
membuat software berawal dari kesenangannya
bermain software animasi. Sejak duduk di kelas 4, Fahma sudah membuat
presentasi dengan Power Point dan setahun kemudian ia mulai berkenalan dengan
Adobe Flash. Dengan Adobe Flash saja, ia kini sudah menghasilkan
beberapa software edukasi untuk anak-anak.
Software pertamanya
yang diberi nama Bahana untuk memperkenalkan warna, angka, dan huruf. Dalam
waktu dua tahun kemudian, ia sudah menghasilkan
beberapa software berbasis Flash, seperti ENRICH (English for
Children) untuk belajar Bahasa Inggris, MANTAP (Math for Children), Doa Anak
Muslim (Prayers for Children), Asmaul Husna, dan lainnya.
Fahma
dan Hania berkolaborasi dalam pembuatan beragam aplikasi tersebut.
Pembuatan software dikerjakan Fahma, sedangkan adiknya menjadi sumber
ide, beta tester, termasuk merekam suara yang dibutuhkan untuk melengkapi
aplikasi tersebut. Uniknya, semua idesoftware berangkat dari kebutuhan
belajar adiknya.
"Aku
sayang adikku, Hania, meskipun dia kadang-kadang rewel, terutama saat dia tidak
ada kegiatan atau permainan. Dia sekarang sekolah di TK B Cendikia, Bandung.
Dia senang memainkan ponsel, terutama punya ibuku. Sejak di playgroup, dia
senang belajar. Aku ditantang ayahku untuk membuat aplikasi di HP ibuku agar
adikku bisa bermain sambil belajar. Akhirnya, dibuatlah aplikasi untuk ponsel
ibuku," kata Fahma dalam pengantar aplikasi yang didaftarkan di APICTA
2010.
Tentu
saja keberhasilan Fahma dan Hania berkat bimbingan kedua orangtuanya, Dr Yusep
Rosmansyah, seorang dosen dan peneliti di ITB dan Yusi Elsiano, seorang
praktisi perkembangan anak. Saat Fahma menyatakan minatnya mendalami Flash,
orangtua memberi kesempatan untuk kursus. Orangtua juga yang memberi masukan
dan nasihat agar hobi membuat software tetap bisa disalurkan di
tengah aktivitas yang padat.
Aplikasi
buatannya dicoba di ponsel Nokia E71 milik ibu dan ayahnya. Aplikasi "My
moms mobile phone as my sisters tutor" yang menang dalam ajang APICTA 2010
itu merupakan kumpulan aplikasi yang terus dikembangkan kedua kakak beradik
itu. Aplikas-aplikasi tersebut tersedia gratis untuk diunduh melalui situs web
yang dikelola ibunya di www.perkembangananak.com. Bahkan, beberapa software juga tersedia
gratis di OVI Store untuk ponsel-ponsel Nokia.
Saat
memperkenalkan software buatannya beberapa waktu lalu, Fahma
mengatakan punya keinginan dapat terus mengasah keterampilannya dalam
pemrograman software. Saat ini, ia tengah memperdalam software untuk
membuat aplikasi tiga dimensi dan belajar bahasa pemrograman C++ dengan
bimbingan ayahnya. Harapannya, tentu dapat menghasilkan aplikasi-aplikasi yang
lebih baik. Nah, kecil-kecil ternyata anak Indonesia jago
bikin software juga kan.
Sumber
:
Komentar
Posting Komentar